Darurat Bullying: Kasus Naik Terus, Nyawa Anak dalam Ancaman

Lulu nugroho
0



Ilustrasi Pinterest
Oleh Nining Sarimanah 
Aktivis Muslimah 



Beritakan.my.id, Opini_ Dunia pendidikan kembali tercoreng dengan aksi yang tidak pantas dilakukan, bullying. Sebagaimana yang terjadi pada AK siswi MTs Negeri 3 Sukabumi, Jawa Barat. Luka batinnya demikian dalam, akibat sindiran dan perlakuan tidak baik teman-temannya yang membuat ia merasa tidak nyaman bersekolah, hingga mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri di kusen pintu.

AK bukanlah satu-satunya korban bullying. Masih banyak peristiwa perundungan terjadi di lingkungan pendidikan. Persis yang terjadi pada AK, seorang siswi MTs di Jakarta Timur, juga ditemukan tak bernyawa di rumahnya, Senin (15/9). Perundungan tak hanya terjadi di sekolah, kampus pun menjadi tempat bullying, Timothy Anugrah Saputra mahasiswa Sosiologi Universitas Udayana meninggal setelah terjatuh dari lantai empat gedung Unud pada Rabu, (15/10/2025). Mirisnya berita kematiannya menjadi bahan olokan di kalangan mahasiswa. (Kumpuran.com, 4/2025)

Masifnya bullying/perundungan menjadi alarm keras bagi kita bahwa dunia pendidikan tidak baik-baik saja. Masalah perundungan harus segera diselesaikan, jika tidak maka jumlah korban akan terus bertambah.

Bullying tidak hanya bersifat fisik, tetapi psikologis seperti pengucilan sosial, sindiran, dan bentuk lainnya yang membuat korban depresi/gangguan mental dan bunuh diri menjadi jalan akhir menyelesaikan tekanan yang mereka hadapi. 

Tak hanya itu, lingkungan yang tidak aman dan menyenangkan membuat korban bullying tidak fokus belajar, sehingga prestasi akademik menurun. 

Tak dimungkiri banyak faktor yang melatarbelakangi, kenapa bullying terus terjadi seperti pengaruh media sosial dan tontonan yang berbau kekerasan, budaya senioritas di sekolah atau di kampus misalnya dalam kegiatan masa orientasi siswa/mahasiswa baru, kerap menjadi ajang perploncoan tidak manusiawi yang berujung pada jatuhnya korban jiwa.

Semua itu tidak lepas dari buah sistem kehidupan sekuler kapitalisme. Dalam sistem ini, pendidikan tidak menjadikan akidah Islam sebagai dasar pembentukan kepribadian anak. Sekolah hanya fokus pada prestasi akademik.

Asas sekularisme yaitu pemisahan agama dari kehidupan berperan besar membentuk generasi hari ini lemah dalam akidah, buruknya akhlak, hingga berani berbuat keji kepada temannya.

Sekularisme juga telah tertancap kuat di ruang tempat generasi tumbuh dan berkembang yaitu di ranah keluarga, lingkungan, dan negara. Keluarga merupakan madrasah/sekolah pertama dan utama bagi generasi. 

Namun, tidak sedikit orang tua lalai dalam penanaman nilai keimanan dan ketaatan pada Allah Swt., akibatnya generasi tumbuh tanpa teladan bagaimana berperilaku baik kepada sesama. Selain itu, mereka tumbuh hanya mengejar materi semata dan gaya hidup bebas menjadi panutan.

Keluarga yang terbiasa cara mendidik anak dengan kekerasan, baik fisik maupun verbal dapat membentuk perilaku dan karakter negatif generasi di masa depan. Demikian juga lingkungan yang tidak kondusif bisa menghantarkan pada perilaku buruk generasi. Hal ini karena, hilangnya amar makruf nahi mungkar, tergantikan dengan sikap apatis, egois, dan individualis. 

Selain itu, tumbuh suburnya bullying tersebab lemahnya peran negara dalam menegakkan hukum terhadap pelaku tindak bullying. Meskipun memang telah ada regulasi pencegahan perundungan seperti UU perlindungan Anak dan KUHP tentang penganiayaan, pengeroyokan, dan perundungan. Faktanya, regulasi tersebut tidak mampu menekan kasus bullying yang terus berulang. 

Negara pun abai terhadap beredarnya media dan tayangan yang tidak mendidik. Sering kali tontonan bertema cinta, permusuhan, dan kekerasan menjadi tontonan harian mereka. Wajar hal itu menjadi panutan generasi.

Mirisnya ketiga unsur ini yaitu keluarga, lingkungan, dan negara justru tidak bersinergi untuk membangun generasi yang bertakwa dan beradab. Negara bercorak sistem sekuler kapitalisme mandul dalam mengatasi masalah perundungan.

Berbeda dengan Islam. Islam tidak sekadar agama ritual, tetapi sistem kehidupan yang memiliki seperangkat aturan yang mampu menjaga dan melindungi generasi dari aksi kekerasan atau perilaku buruk lainnya. Yaitu dengan mengubah paradigma pendidikan sekuler dengan Islam.

Penancapan nilai keimanan dalam keluarga, akan menuntun generasi memiliki kepribadian Islam yaitu pola pikir dan pola sikap sesuai aturan Allah Taala. Orang tua memberikan contoh/teladan berakhlak baik, berempati, dan bersikap peduli di tengah keluarga dan masyarakat.

Masyarakat dalam Islam akan menjadi kontrol sosial terhadap perilaku yang menyelisihi Islam, termasuk tindak kekerasan. Ini karena amar makruf nahi munkar merupakan kewajiban bagi setiap anggota masyarakat, sehingga tercipta lingkungan yang aman terhadap tumbuh kembang anak. 

Negara memberlakukan sistem pendidikan berbasis akidah Islam, mulai dari jenjang dasar hingga pendidikan tinggi. Semua materi dan metode pengajaran tidak boleh diambil selain Islam. Alhasil, tujuan pendidikan melahirkan anak didik yang memiliki kepribadian Islam, menguasai ilmu dan pengetahuan tercapai. 

Dalam sanksi, negara akan menerapkan hukuman yang dapat mencegah terjadinya pelanggaran hukum syarak. Dalam kasus perundungan, Islam telah menetapkan pelaku bullying diberi sanksi hudud atau kisas atau takzir tergantung pada bentuk dan dampak perbuatannya. 

Untuk bullying berat seperti penganiayaan fisik atau pembunuhan dikenakan hukuman kisas atau membayar denda (diat) jika keluarga memaafkan pelaku. Sementara untuk perundungan yang tidak sampai pada kategori hudud atau kisas, maka hukuman yang berlaku adalah takzir yaitu ditetapkan menurut hakim/kadi sesuai tingkat keparahannya. 

Adapun terkait bunuh diri, Islam dengan tegas melarang setiap individu melakukan perbuatan tersebut. Hal ini telah ditegaskan oleh Allah dalam surah An-Nisa ayat 29-30, yang artinya "Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu, dan barang siapa yang berbuat  kesalahan demikian dengan tanpa hak dan aniaya, maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. Yang demikian itu mudah bagi Alalh."

Oleh karena itu, penerapan Islam secara kafah mampu mencegah dan mengatasi perundungan. Demikian juga, Islam mampu melahirkan generasi yang bertakwa dan berakhlak mulia. Generasi tersebut bukan sebatas impian, tetapi bisa diwujudkan secara nyata. 

Wallahualam bissawab
Tags

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)