Di Balik Genosida di Sudan

Lulu nugroho
0


Oleh Nurjihaan
 (Aktivis Muslimah)


Belum kering luka tubuh umat Islam atas genosida di Palestina, kini umat Islam harus merasakan luka lainnya. Saudara muslim di Sudan sedang mengalami genosida. Mirisnya, genosida dilakukan oleh sesama saudara Muslim. Tentunya hal ini makin memperparah luka umat Islam. 

Konflik yang terjadi di Sudan saat ini tak lepas dari perebutan kekuasaan antara dua jenderal, Abdel Fattah Al-Burhan yang memimpin militer Sudan (SAF), dan Muhammad Hamdan Dagalo alias Hemedti yang memimpin kelompok paramiliter Rapid Support Force (RSF). Namun sekarang berkelanjutan menjadi kepentingan geopolitik. Sudan jadi sasaran proyek normalisasi hubungan Israel dengan negara-negara di Timur Tengah.

Amerika Serikat menjanjikan akan menghapus Sudan dari daftar negara teror asal mau berteman dengan Israel. Uni Emirat Arab yang sudah menjalin normalisasi sebelumnya ikut serta jadi fasilitator. Israel menganggap Sudan sebagai titik penting untuk memantau aktivitas Al-Qaeda dan gudang senjata Iran. Selain itu Sudan juga berpotensi menjadi koridor penyelundupan senjata ke faksi-faksi Palestina di Gaza.

Perang yang terjadi selama dua tahun untuk menguasai Sudan telah menewaskan lebih dari 40.000 orang dan telah menciptakan krisis kemanusiaan terburuk di dunia dengan lebih dari 14 juta orang mengungsi. (Republika.id / 31 Oktober 2025).

Laporan dari International Organization for Migration (IOM) juga menyebutkan bahwa setidaknya 62.263 orang meninggalkan daerah El-Fasher dan wilayah sekitarnya setelah kota ini direbut oleh Rapid Support Forces (RSF). Pada 29 Oktober saja tercatat sudah sekitar 26.080 pengungsi.(Minanews.net / 2 November 2025).

Banyak dampak yang ditimbulkan oleh perang saudara ini. Rapid Support Forces (RSF) telah melakukan pembunuhan dengan cara yang keji kepada rakyat sipil Sudan. Tidak peduli apakah korban itu wanita maupun anak-anak. Mereka tidak segan menembaki masyarakat Sudan. Tidak hanya itu, RSF juga memperkosa banyak perempuan di Sudan.

Sudan sedang mengalami krisis kemanusiaan yang berat. Tidak sedikit pengungsi yang mengalami kelaparan. Padahal Sudan merupakan negara yang memproduksi emas terbesar di wilayah Arab. Namun rakyatnya harus mengalami genosida. 

Mayoritas rakyat Sudan beragama Islam. Tampaknya lagi-lagi hak asasi manusia tidak berlaku untuk umat Islam. Setelah puluhan ribu nyawa yang hilang begitu saja, belum ada satupun yang menghentikan genosida di Sudan. Sama halnya dengan genosida di Palestina.

Ini menunjukkan bahwa apa yang terjadi di Sudan bukan sekedar konflik etnis. Terlibatnya negara adidaya Amerika Serikat dengan para bonekanya, yakni Zionist Israel dan Unit Emirat Arab (UEA) menunjukkan ada kepentingan politik di Sudan. Terlebih kekayaan alam berupa emas yang dimiliki Sudan sangat menggiurkan bagi negara penganut kapitalisme.

Pada akhirnya, Sudan hanya menjadi objek yang menjadi perebutan negara-negara adidaya. Sudan dipecah agar tidak bersatu. Sudan diporak-porandakan dari dalam agar tak punya kekuatan. Permusuhan, pertengkaran sengaja diciptakan agar Sudan mudah dikendalikan oleh negara adidaya. 

Banyak kaum muslimin tertipu oleh drama politik yang dilakoni oleh boneka-boneka negara adidaya. Dan sudah saatnya kaum muslimin meningkatkan taraf berfikirnya sehingga mampu melihat apa yang sebenarnya sedang terjadi pada kondisi umat saat ini. Jika dulu penjajahan banyak dilakukan secara fisik, sekarang penjajahan dilakukan secara pemikiran dan mental. 

Saat ini umat Islam sudah banyak terpengaruh dengan ideologi Barat. Mereka hanya menjadikan Islam sekadar ritual ibadah saja dan Islam dicampakkan jika sedang berbicara politik, ekonomi dan aspek kehidupan lainnya. Padahal Islam merupakan sebuah ideologi yang bersumber dari Sang Pencipta yang diturunkan untuk mengatur manusia di seluruh aspek kehidupan. 

Umat Islam harus sadar bahwa sistem Islamlah yang mampu menyelamatkan saudara-saudara kita yang sedang digenosida. Sebagaimana firman Allah dalam Surah Al-Māidah ayat 50, "Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki? Dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?”. 

Pertanyaannya sekarang adalah, sudahkah kita menjadi orang-orang beriman? Lalu mengapa hukum Allah tidak dijadikan sebagai undang-undang dalam sistem kehidupan ini?. Umat Islam harus terbangun dari tidur panjangnya. Jangan lagi mau dininabobokkan oleh negara kafir. Persatuan umat Islam merupakan hal yang genting untuk diwujudkan saat ini. Namun hanya dengan dorongan imanlah persatuan umat Islam akan terwujud.

Dengan bersatunya umat Islam di seluruh dunia,  kaum Muslim  akan menjadi kuat dan mampu melawan negeri-negeri kafir yang meluluhlantakkan umat Islam. Sehingga tidak ada lagi perpecahan, perang antar saudara, tidak ada lagi kaum Muslim yang ditindas, digenosida, dan tidak ada lagi kaum Muslim yang kelaparan. Hidup akan sejahtera dibawah naungan sistem Islam yang Allah ridhoi.

Wallahu a'lam bisshowab.
Tags

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)