Kabur Aja Dulu Jadi Kabur Bareng

Goresan Pena Dakwah
0

Ilustrasi: bekerja di dalam negeri (pinterest)

Oleh: Rut Sri Wahyuningsih

Institut Literasi dan Peradaban


Beritakan.my.id, Opini--Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi ( Kemendikti Saintek) mendorong lulusan mahasiswa Indonesia bekerja di luar negeri. Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi, Brian Yuliarto pun mengatakan salah satu prioritasnya adalah masalah pengangguran tingkat sarjana ( kompas.com, 19-11-2025).


Keinginan Brian adalah lulusan mahasiswa Indonesia bisa mengisi kebutuhan SDM di berbagai industri dalam negeri. Dengan pengadaan program magang di Industri untuk pendidikan vokasi. Kemendikti Saintek juga mendorong kampus non-vokasi untuk mahasiswa bersama dosen menciptakan inovasi atau kreasi yang diharapkan bisa membuka industri baru.


Tujuannya agar lulusan mahasiswa Indonesia bisa sesuai dengan kebutuhan industri. Pesan Presiden Prabowo agar mahasiswa Indonesia memiliki skill tenaga kerja terampil yang bisa dikombinasikan dengan kebutuhan industri di luar negeri. Apalagi karakter bangsa sangat baik, sopan, ulet dalam bekerja sehingga sudah sangat dikenal.


Untuk mewujudkan pesan presiden, Kemendikti Saintek telah berkoordinasi dengan Kementerian Ketenagakerjaan dan Kementerian Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) untuk membahasa rencana ini. Nantinya, lulusan mahasiswa Indonesia akan dibekali oleh pemerintah sertifikasi bahasa setiap negara tujuan sesuai standar.


Dahulu Dipertanyakan Nasionalismenya, Kini Berharap Devisa


Ketika viral tagar #KaburAjaDulu, Menteri Agraria dan Tata Ruang Nusron Wahid menilai warga yang kabur ke luar negeri karena hopeless “menandakan kurang cinta tanah air.” Hingga banyak para pekerja migran yang melayangkan protes sekaligus memaparkan fakta mengapa mereka harus jauh-jauh ke luar negeri, sebab negara orang malah lebih menghargai tenaga, keilmuan dan keterampilan mereka, gaji berlipat ganda dibandingkan di dalam negeri, dan meski di luar negeri pajak tinggi, tapi kebutuhan pokok mereka dijamin negara dengan sepenuh hati.


Dan memang fakta , viral tagar “kabur aja dulu” adalah bentuk kekecewaan masyarakat yang tidak pernah mendapatkan hak-hak mereka sebagai warga negara, sedangkan negara atas nama pajak, jaminan kesehatan dan lainnya berusaha untuk terus memeras rakyat. Untuk apa Nasionalisme? Bahkan para penguasa sendiri tak paham maknanya, mereka mencampuradukan antara bagaimana mencintai negara dengan mencintai investor dan menggadaikan kekayaan negara kepada mereka.


Pertumbuhan ekonomi terus digenjot dengan analisa melemahnya daya beli masyarakat, rakyat didorong untuk pinjam modal berbasis riba, bergerak di UMKM dengan pendampingan digital dan sertifikasi dan lainnya, bahkan yang termutakhir dengan pengiriman tenaga kerja mahasiswa ke luar negeri. Negara tinggal terima devisanya. APBN pun tak bisa diharapkan bisa membiayai seluruh biaya operasional negara, sebab pos pendapatannya hanya dari pajak dan utang.


Di sisi lain SDA yang berlimpah di dunia ini malah diserahkan negara asing dan kita hanya memperoleh bagi hasil yang tak seberapa, menyedihkannya, kita rakyat mewarisi kerusakan alam dan ekosistem, hingga bencana datang bertubi-tubi, tak juga membuat negara jera, malah menghilangkan ruang hidup manusia adat atau yang pernah hidup lama diwilayah itu hanya angin lalu. 


Sadarkah kita, inilah jebakan Kapitalisme yang kesekian kalinya agar para pengusaha besar termasuk investor asing bisa tetap memengaruhi sebagian masyarakat, kebodohan serta kemiskinan bisa tetap terpelihara?


Dan ini adalah bukti nyata, abainya penguasa kita dalam melayani kebutuhan rakyatnya. Sekaligus pembuktian penerapan Sistem Kapitalisme gagal mewujudkan sejahtera, sebab memnjadikan negara mandul dan hanya taat kepada pemodal besar.


Bekerja di luar negeri, ibarat hujan emas di negeri orang lebih baik hujan batu di negeri sendiri. Terlalu banyak bahaya dan mudharatnya, apalagi dalam Sistem Kapitalisme sekuler ini, terlalu banyak persaingan diakibatkan sempitnya kesempatan.


Ancaman bahayanya tidak bisa dianggap sepele mulai perbedaan budaya, bahasa, pelecehan seksual, terpisah dari suami , istri, anak dan keluarga, perzinahan, pemerkosaan, perdagangan orang hingga pembunuhan.


Dalam Sistem Kapitalisme peran negara dipersempit hanya sekadar mengatur kebijakan. Asasnya yang sekuler, berhasil memisahkan agama dari kehidupan, sehingga ketika menemukan persoalan , jawabannya berasal dari pemikiran dan keputusan manusia.


Islam Sejahterakan Umat


Islam datang dengan seperangkat aturan lengkap, langsung dari Allah SWT. Dan Rasûlullâh sebagai teladan nyata. Bukankah seharusnya negeri dengan mayoritas penduduknya beragama Islam mengambilnya sebagai pedoman hidup?


Rasulullah Saw. Bersabda, “Seorang pemimpin atau kepala negara adalah pengurus rakyat dan ia bertanggung jawab atas rakyat yang ia urus.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Maka, negara wajib menjamin rakyatnya bekerja dengan mudah, agar mereka bisa sejahtera.


Negara mengelola SDA yang berlimpah, dimana status kepemilikannya adalah milik umum yang tidak boleh dikelola oleh individu atau investor asing maupun swasta. Industrialisasi berjalan, maka ketahanan pangan akan tercapai. Negara juga menyediakan fasilitas publik seperti sekolah, rumah sakit, jalan, kendaraan umum, dan lainnya secara gratis, pendanaannya dari hasil pengelolaan SDA yang disimpan di Baitulmal.


Pendidikan diselenggarakan oleh negara, secara gratis dan tidak selalu linier kepada pasar kerja, melainkan diberi peluang kepada setiap orang untuk belajar apapun setinggi apapun, yang kelaka bisa diharapkan oleh negara untuk mengkontribusikan keilmuan dan keahliannya kepada negara. Saatnya kembali kepada Islam, yang mengatur dengan sangat sempurna.Wallahualam bissawab. [ry].


Tags

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)