Oleh : Mutiara Islami
Pegiat Pena Banua
Beritakan.my.id,Opini--Banyak terjadi kasus perundungan yang berakibat fatal bagi korban. Beberapa kasus yang terjadi baru-baru ini menjadi hal yang sangat menyayat hati. Tindakan perundungan atau bulliying antara remaja perempuan terjadi di kota Malang. Aksi tersebut direkam oleh para pelaku dan viral. Dalam video yang beredar terlihat bahwa korban perempuan mengenakan kaus berwarna hitam ditampar beberapa kali oleh pelaku hingga menangis.
Korban juga diancam dengan kata-kata ancaman gingga dikejar ketika ingin kabur dari lokasi tempat perundungan itu. Korban juga sempat beberapa kali berupaya untuk kabur, tapi dipegangi oleh pelaku yang lain. Aksi tersebut membuat pelaku menangis dan minta ampun kepada ketiga pelaku perundingan (Kumparan.com, 13-11-2025).
Baca juga :
Air Adalah Sumber Kehidupan, Haram Dikapitalisasi
Salah satu masalah sosial yang diabaikan di kalangan pelajar Indonesia adalah perundingan atau bulliying. Data UNICEF tahun 2024 mencatat setidaknya ada 41 persen pelajar berusia 15 tahun mengaku pernah menjadi korban bulliying, baik dalam bentu verbal, pengucilan sosial, kekerasan fisik, hinggda serangan di dunia maya (rri.co.id, 13 -11-2025).
Berbicara mengenai aksi perundungan atau bulliying yang saat ini begitu marak, begitu miris ketika melihat anak-anak yang seharusnya mereka tidak berkutat dengan dunia yang tidak baik, justru malah tergelincir ke hal yang tidak baik tersebut. Mereka calon generasi penerus bangsa, bahkan ditarget menuju Indonesia Emas 20245. Jika mental, adab dan perilakunya sangat buruk bahkan tidak mencerminkan sebagai generasi intelektual dan terdidik, apa yang bisa kita harapkan?
Sangat memperihatinkan, aksi perundungan atau bulliying yang terjadi makin hari makin merajalela. Tidak sedikit orang yang cerdas secara akademik, tapi berbanding terbalik dengan akhlak yang dimiliki. Kenyataan ini karena sistem saat ini bukanlah sistem Islam, jadi tidak mengherankan apabila orang yang cerdas secara akademik belum tentu memiliki akhlak yang baik.
Sistem hari ini asasnya sekuler, apabila yang dikerjakan adalah hal dunia, maka hanya berkutat di dunia dan sebaliknya. Padahal dalam Islam, perkara dunia, harus dikaitkan dengan hukum syara’. Bukan seolah-olah ketika kita berada di dunia, maka dunialah yang harus kita utamakan, semetara akhirat akan dipikirkan nanti.
Baca juga:
Mendongkrak Ekonomi Tanpa Stimulus Mungkinkah?
Krisis pendidikan karakter ini sesungguhnya berakar dari sistem sekuler, yang memisahkan agama dari kehidupan, akhirnya menghapus tujuan spiritual dan moral dari dunia pendidikan. Akibatnya banyak masalah yang terjadi, salah satunya adalah perundungan atau bulliying ini, kemudian anak jadi kehilangan arah dan makna hidup yang sebenarnya.
Tujuan pendidikan saat ini berubah, sebatas bekal mencari pekerjaan semata, bukan membentuk kepribadian yang mulia. Kebahagiaan hanya diukur dari seberapa banyak perolehan materi, pekerjaan yang mentereng, jabatan tinggi, popularitas dan menjadi manusia "unlimited" versi manusia, maka yang terjadi memang hukum syara’tak lagi dipandang, berputar hanya bagaimana pendapat manusia semata. Padahal Allah SWT. secara tegas sudah memberi peringatan, “Siapa saja yang berpaling dari peringatan-Ku (Al-Qur’an), maka sesungguhnya bagi dia kehidupan yang sempit.” (TQS Thaha:124).
Ketika sistem kehidupan, khususnya sistem pendidikan, tidak berlandaskan wahyu Allah SWT, maka hasilnya adalah kebingungan, kebimbangan, penyimpangan dan kehancuran moral manusia. Tujuan pendidikan Islam bukan sekadar pencetak manusia cerdas, tetapi mencetak manusia yang berkepribadian Islam, yakni membentuk pola pikir dan pola sikap yang didasarkan oleh akidah Islam. Rasulullah pernah menegaskan bahwa beliau diutus untuk membentuk akhlak mulia umat manusia, “Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia (HR al-Bazzaar dan al-Baihaqi). Wallahu a'lam bishawwab. [ry].

