Oleh. Heni W
Sudan kini masih ramai menjadi topik pembahasan di dunia. Ya, Sudan adalah sebuah negara yang terletak di timur laut benua Afrika. Sudan juga menjadi negara terbesar ketiga Benua Afrika dengan mayoritas masyarakatnya beragama Islam.
Jika dilihat dari sumber daya alamnya, seharusnya Sudan menjadi negara maju nan sejahtera. Tak hanya memiliki emas, Sudan juga memiliki sumber daya alam lain seperti minyak bumi, gas alam, mineral, air dan tanah yang subur, hingga energi terbarukan. Ironinya dengan semua kekayaan yang ada bukannya sejahtera, kemiskinan di Sudan justru melonjak tajam sejak November 2025 dikarenakan konflik.
Bukan berita baru Sudan mengalami krisis kemanusiaan yang panjang. Namun, akhir-akhir ini makin menjadi-jadi. Pembantaian yang terjadi di sana telah disaksikan oleh dunia. Sayangnya, dunia seakan menutup mata.
Konflik di Sudan pecah antara Angkatan Bersenjata Sudan dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) pada April 2023. Yang paling menyedihkan adalah konflik perang saudara berdarah ini telah menewaskan puluhan ribu jiwa dan hampir 12 juta orang melakukan pengungsian. Perang saudara berdarah ini telah membawa Sudan pada mimpi terburuk manusia melalui krisis ekonomi dan kemanusiaan dalam sejarahnya.
Mengutip dari berita Al Jazeera, konflik mulai bergeser ke arah timur. Amerika Serikat telah mencoba memberi insentif kepada panglima militer Jendral Abdel Fattah Al-Burhan untuk menyetujui gencatan senjata dengan imbalan pencabutan saksi dan pemberian peluang investasi di sektor pertambangan.
Menurut Hiba Morgan dari Al Jazeera, yang melaporkan dari Khartoum, serangan ke arah timur terjadi Jumat dini hari yang menargetkan Omdurman, bagian dari wilayah Khartoum Raya, dan Atbara yang dikuasai tentara di sebelah utara ibu kota. Namun, serangan itu dicegat oleh sistem pertahanan udara tentara.
Jika dilihat lebih dalam, konflik panjang yang terjadi di Sudan hanya untuk meraih kepentingan dunia seperti kekuasaan dan harta. Nahasnya semua ambisi itu telah menanggalkan rasa kemanusiaan.
Inilah buah dari sistem sekuler berbasis ideologi kapitalisme. Manusia diperbudak dengan hawa nafsu sehingga menindas manusia lainnya. Sistem kapitalisme memang selalu membawa ke pengorbanan, ancaman, krisis, dan perang.
Kondisi di Sudan tentu tidak akan terjadi jika aturan yang diterapkan adalah sistem Islam. Sebab, sistem Islam akan melahirkan pemimpin yang adil dan bijaksana. Sumber daya alam yanh ada di negara pun akan diurus berdasarkan syariat Islam. Sehingga, bisa membawa manusia pada kesejahteraan.
Berbeda dengan kepemimpinan yang serakah dan malah menjadi sumber malapetaka seperti dalam sistem kapitalisme. Tanpa syariat Islam, Sudan dan negeri-negeri muslim lainnya ibarat santapan yang sedang diperebutkan musuh-musuh Islam.
Ingatlah sabda Rasulullah ï·º. yang diriwayatkan dari Tsauban ra. Rasulullah ï·º bersabda,
“Bangsa-bangsa di dunia akan memperebutkan kalian (umat Islam), seperti memperebutkan makanan yang berada di mangkuk.” Seorang laki-laki berkata, “Apakah kami (umat muslim) pada waktu itu berjumlah sedikit?” Beliau ï·º menjawab, “Bahkan jumlah kalian pada waktu itu sangat banyak, tapi seperti buih di genangan air. Sungguh Allah akan mencabut rasa takut para musuh kepada kalian dan menanamkan al-wahn ke dalam hati kalian.” Seseorang lalu bertanya, “Wahai Rasulullah, apa itu al-wahn?” Beliau ï·º menjawab, “Cinta dunia dan takut mati.” (HR Abu Daud).
Sudah saatnya umat Islam sadar dan bangkit dengan Islam. Jangan mau diperbudak dengan hawa nafsu duniawi ajaran sistem kapitalisme. Sudah saatnya umat Islam bersatu di bawah panji Islam. Hanya dengan itulah umat Islam akan mampu membebaskan diri dari intervensi asing dari musuh-musuh Islam.
Wallahu a'lam bishawab. []
