Hujan Debu Hitam Bekasi: Ulah Industri Kapitalis Menyengsarakan Rakyat

Admin Beritanusaindo
0

 


Penulis: Annisa Rofiqo, S. Pd. |Pegiat Literasi Islam Kaffah



Beritakan.my.id - OPINI - Sejak tiga pekan lalu warga pemukiman di Kelurahan Pejuang, Medan Satria, Kota Bekasi mengeluhkan adanya hujan debu yang menempel di dinding, teras, tanaman bahkan masuk ke dalam rumah mereka. Masyarakat khawatir hal tersebut akan berdampak buruk bagi kesehatan mereka. (bekasiterkini.net, 18/11/2025)

Fenomena ini ternyata bukan pertama kali terjadi, warga pemukiman tersebut menyampaikan sudah bertahun-tahun terjadi hal demikian, dan biasa terjadi pada akhir tahun. (kabarbekasi.id, 20/11/2025)


Selain ketidaknyamanan yang didapatkan oleh warga, hujan debu ini juga dikhawatirkan membawa zat-zat yang dapat mengganggu kesehatan, pasalnya wilayah tersebut adalah wilayah yang padat pemukiman.

Dugaan kuat sementara, hujan debu ini adalah limbah pabrik yang berada tidak jauh dari tempat pemukiman warga. Hal ini pun di konfirmasi oleh pihak DLH (Dinas Lingkungan Hidup) Kota Bekasi bahwa di sekitar pemukiman tersebut memang ada sejumlah pabrik beremisi tinggi yang menggunakan bahan bakar batu bara, namun pihak DLH belum menyampaikan sumber dari hujan debu ini masih dalam tahap analisis. (bekasiterkini.net, 18/11/2025)


Untuk antisipasi sementara, warga dihimbau untuk menggunakan masker saat hendak bepergian, juga senantiasa menutup rapat pintu rumah agar debu tidak masuk ke dalam rumah.

Kapitalis Berkuasa, Rakyat Sengsara

Hujan debu bisa disebabkan oleh dua hal, pertama fenomena alam karena letusan gunung berapi, kedua karena ulah tangan manusia seperti limbah industri, penebangan hutan, pembangunan, dan lain sebagainya. Hujan debu yang terjadi di Bekasi bukanlah oleh sebab fenomena alam, melainkan ulah tangan manusia yakni limbah industri. Dengan kesaksian dari warga setempat bahwa beberapa tahun terakhir terjadi hal ini, dan tahun ini pun sudah terjadi selama tiga pekan. Pihak industri tidak bisa mengelak atas ketidaksengajaan pabrik yang cerobong asapnya terbuka hingga emisi menyebar di udara dan terbawa angin ke pemukiman warga. Ini hanya alasan klise yang selama ini banyak disampaikan oleh industri terkait yang menjadi dalang hujan debu tersebut.

Lagi dan lagi rakyat menjadi pihak yang dikorbankan, hal ini tidak bisa dihukumi ketidaksengajaan semata, melainkan dampak buruk atas penerapan kapitalisme yang mengatur negara, industri, dan kebijakan publik. Kesalahan berulang—bahkan terjadi di banyak tempat di negara kita, yakni limbah industri yang mencemari lingkungan dan merugikan masyarakat adalah konsekuensi yang didapatkan dari pahitnya sistem ini. Dalam kapitalisme, mencari keuntungan sebesar-besarnya adalah tujuan utama, tanpa mengindahkan kemaslahatan umum. Selama hal tersebut bisa meminimalisir biaya, apapun boleh dilakukan, termasuk mencemari lingkungan.

Ini menunjukkan bahwa negara hanya menjadi regulator lemah yang tidak berkutik untuk rakyatnya. Sebab dalam kapitalisme, negara pun berpihak pada kapital korporasi. Terbukti dengan pengawasan lingkungan yang longgar—banyak kasus kerusakan lingkungan oleh limbah pabrik, sanksi pelanggaran yang ringan, izin perindustrian yang mudah diberikan (tidak mempertimbangkan lokasi pendirian industri), dan biaya analisa lingkungan yang sering dinegosiasikan. Negara memfasilitasi agar korporasi beroperasi dengan aman meski rakyat menjadi sengsara.

Negara tidak bertugas untuk melindungi rakyat, ia akan berpihak pada siapa yang memberikan keuntungan secara materi lebih besar. Sehingga lahirlah banyak kebijakan negara yang menyokong kepentingan bisnis. Selain itu dalam sistem ini, udara bukanlah menjadi kepemilikan umum (milkiyah ‘ammah) yang harus dijaga dan diatur oleh negara, sehingga bebas saja jika dicemari.

Islam Rahmatan Lil ‘Alamin

Islam adalah bukti kasih sayang Allah kepada manusia. Islam adalah ideologi dengan seperangkat aturan yang sempurna untuk dijalankan manusia, agar ia mendapatkan keselamatan dunia maupun akhirat. Islam hadir membawa keadilan dan menghempaskan kedzoliman.

Islam menjadikan Negara sebagai pelindung bagi rakyatnya. Kepentingan rakyat lebih utama dari apapun, sebab Allah telah bebankan rakyat negara kepada pemimpinnya, ia akan menjadi tameng yang akan menjaga rakyatnya. Sebagaimana disebutkan dalam hadits dari Abu Hurairah ra, bahwa Nabi shalla-Llahu ‘alaihi wa Sallama, bersabda:


إِنَّمَا الإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ فَإِنْ أَمَرَ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ وَعَدْلٌ كَانَ لَهُ بِذَلِكَ أَجْرٌ ، وَإِنْ يَأْمُرُ بِغَيْرِهِ كَانَ عَلَيْهِ مِنْهُ [رواه البخاري ومسلم]

“Sesungguhnya seorang imam itu [laksana] perisai. Dia akan dijadikan perisai, dimana orang akan berperang di belakangnya, dan digunakan sebagai tameng. Jika dia memerintahkan takwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla, dan adil, maka dengannya, dia akan mendapatkan pahala. Tetapi, jika dia memerintahkan yang lain, maka dia juga akan mendapatkan dosa/adzab karenanya.” [HR. Bukhari dan Muslim]


Oleh karena itu, penting menjadikan Islam sebagai ideologi yang diterapkan dalam kehidupan, secara individu, masyarakat dan negara diatur dengan aturan Islam. Sehingga aturan-aturan Islam yang rahmatan lil’alamin akan terwujud dalam kehidupan. Termasuk pencemaran lingkungan yang membahayakan masyarakat pun, Islam memiliki aturannya. Dalam QS. Al-Araf Ayat 56 yang artinya, 

“Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan.”


Mari beralih dari sistem kapitalisme yang rusak ini menuju sistem Islam yang membawa rahmat.

Wallaahu a’lam bish shawab

Tags

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)