MBG Penyokong Inflasi, Islam Memberi Solusi

Admin Beritanusaindo
0




Penulis: Inayah | Aktivitas Ibu Rumah Tangga dan Pegiat Dakwah


Beritakan.my.id - OPINI - Program Makan Bergizi Gratis(MBG) membuat sejumlah harga komoditas bahan pokok naik. Hal itu berdampak pada inflasi di beberapa daerah. Salah satunya di Jawa Barat yang mengalami kenaikan harga  telur dan daging ayam. Wakil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Nanik Sudaryati Deyang tidak menampik mengenai kondisi ini. Dia pun menemukan langsung kenaikan harga  terjadi pada wortel, di beberapa pasar di Jakarta.


MBG sekarang sudah menjadi penyokong inflasi, beberapa sayur harganya sudah naik, seperti buncis, kacang panjang, pakcoy, wortel. Wortel di Jakarta harganya mencapai Rp 23 ribu per kilogramnya. "Saya akan rapat dengan sebelas kementerian untuk membahas masalah itu", ucap Nanik saat pidato di Rapat Konsolidasi SPPG Kabupaten Bandung. Dikutip  Bandung. IDN Times (Minggu, 16/11/2025)


Menurut Nanik kenaikan harga sayuran bukan hanya karena hari raya keagamaan saja, melainkan karena akibat dari program MBG, solusinya Nanik meminta agar para Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) untuk mencari pengganti wortel agar harga stabil. lebih lanjut beliau meminta  agar mitra SPPG disarankan untuk menampung hasil bumi dari petani untuk mendukung ekonomi rakyat. Karena hal itu menjadi tujuan utama dari program MBG itu sendiri, yakni menumbuhkan ekonomi rakyat.


Sementara itu Bupati Bandung Dadang Supriatna mengatakan, ia akan merencanakan sejumlah program untuk mencegah terjadinya inflasi, yaitu adanya gerakan masyarakat menanam sayuran di halaman.


Program MBG yang sejatinya untuk menjaga gizi anak agar seimbang, ternyata berdampak pada inflasi. Harga sayuran tidak terkendali, karena prinsip dalam ekonomi, ketika banyaknya permintaan barang sementara barang yang tersedia minim maka secara alamiah akan mengalami kenaikan harga, maka begitu juga dengan program MBG yang telah menjadikan beberapa komoditas barang di pasaran mengalami kenaikan. Karena banyaknya permintaan akan tetapi barangnya sedikit, dan hal ini tidak pernah menjadi pertimbangan pemerintah tatkala mengeluarkan kebijakan  adanya MBG. 


Ini membuktikan bahwa program MBG sejatinya  program yang sekedar  program populis, bukan bentuk dari pengurusan urusan rakyat sebagai tanggung jawab negara.


Inilah realitas hidup dibawah sistem buatan manusia yaitu kapitalisme sekuler, setiap solusi yang diberikan akan selalu menuai permasalahan baru. Dan solusi yang diberikan pada rakyat tatkala terjadi kenaikan harga tidak menyentuh akar persoalannya. Harga sayur naik, rakyat harus nanam sayur, daging naik solusinya makan keong sawah. Saat ini harga wortel naik cari alternatif sayuran lain. Negara yang sejatinya bertanggung jawab mengurai semua persoalan tersebut, mesti memikirkan akan kemampuan setiap keluarga memenuhi gizi anggota keluarganya. Jika lapangan kerja sempit, maka itulah yang seharusnya diupayakan. Jangan sampai menggantungkan upaya tersebut pada para pebisnis/swasta. Tapi itulah ciri khas kapitalisme. 


Kapitalisme berbeda dengan sistem Islam. Negara dalam sistem lslam terwujud untuk meriayah atau mengatur urusan rakyat, termasuk bagaimana lslam mengurai persoalan kekurangan gizi atau malnutrisi yang akar persoalannya adalah kemiskinan yang terkait pula dengan minimnya lapangang pekerjaan. Maka pemerintah akan membuka lapangan pekejaan yang layak untuk para lelaki yang dewasa agar mereka dapat menghidupi diri dan keluarganya serta orang yang menjadi tanggungannya. 


Rasulullah saw bersabda,’’ Siapa dari kalian yang bangun pagi dalam keadaan hatinya aman/damai, sehat badannya dan memiliki makanan maka seolah-olah telah dikumpulkan  untuk dirinya dunia dengan seluruh sisinya.”( H.R Tirmidzi). 


Hadis  ini mengungkap bahwa salah satu hal penting yang manusia butuhkan  adalah makanan harian yang mampu mencukupi kebutuhannya sekaligus mengisyaratkan bahwa kebutuhan pokok merupakan kebutuhan dasar bagi manusia.


Oleh karena itu, lslam menetapkan sejumlah mekanisme agar kebutuhan rakyat dapat terpenuhi. Hal ini mencakup, pertama, jaminan pemenuhan  kebutuhan pokok (primer). Ini diterapkan dengan mensyaratkan  agar laki2 memberi nafkah pada dirinya, keluarganya , serta kewajiban kerabat untuk membantunya jika ia tidak mampu, apabila keduanya tidak mampu maka kewajiban berpindah pada pundak negara, yang hartanya diambil dari baitul mal. Kedua, penerapan sistem ekonomi lslam yang akan mewujudkan negara mandiri dan tidak bergantung pada pihak lain (swasta).


Jika hal ini dijalankan dengan maksimal maka persoalan termasuk masalah malnutrisi akan teratasi dari akarnya, sehingga persoalan cabang pun tidak akan pernah muncul. Islam agama yang sempurna dan menjadi arah pandang dalam menyelesaikan berbagai persoalan termasuk pemenuhan gizi generasi. Maka dari itu sudah saatnya kita mampu memperjuangkan kembali tegaknya sistem Islam. 


Waallahu a’lam bi ashashwab.

Tags

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)