Oleh Yulia
Pegiat Pena Banua
Beritakan.my.id, Opini--Ketegangan antara India dan Pakistan kembali memanas, yang berpuncak pada pecahnya konflik bersenjata setelah India meluncurkan serangan rudal ke berbagai wilayah di Pakistan dan wilayah Kashmir yang dikuasai Pakistan, pada Rabu pagi, 7 Mei 2025 (Tempo.co, 18-05-2025).
Serangan ini dipicu oleh insiden penembakan yang dilakukan oleh kelompok bersenjata terhadap para wisatawan di kawasan wisata pegunungan Pahalgam, Kashmir yang dikelola oleh India, pada 22 April lalu. Sedikitnya 25 warga India dan satu warga Nepal tewas dalam serangan brutal tersebut, yang terjadi di daerah terpencil yang hanya dapat dijangkau dengan berjalan kaki atau naik kuda. India menuding Pakistan sebagai pihak yang bertanggung jawab, memberikan mereka dalih untuk melancarkan serangan balasan.
Para saksi mata menggambarkan suasana mencekam saat pelaku bersenjata datang dan menembak warga dari jarak dekat. Beberapa korban bahkan diduga dipilih secara spesifik sebelum dieksekusi. Sejumlah penyintas mengungkapkan kepada media lokal bahwa para penyerang menuduh beberapa korban sebagai pendukung Perdana Menteri Narendra Modi.
Baca juga:
Balita Terbakar, Ancaman Disfungsi Keluarga
Di sisi lain, menurut pengamat hubungan internasional Dr. Hasbi Aswar, konflik ini berakar dari persoalan lama yang belum terselesaikan antara kedua negara. “Masalah ini berkaitan dengan garis perbatasan yang memisahkan India dan Pakistan sejak tahun 1947,” jelasnya dalam program Kabar Petang berjudul “Kashmir Dijajah India?” di kanal Khilafah News, Rabu (30-4-2025).
Dengan demikian dapat kita ketahui bahwa terdapat banyak spekulasi dalam memandang permasalahan yang terjadi saat ini. Menurut jubir Partai Islam Ideologis Internasional, kondisi ini mirip dengan yang terjadi di Palestina, Xinjiang, Rohingya, yakni pelanggaran hak kemanusiaan dan keagamaan, termasuk hak kaum muslim di sana.
“Jadi, sebenarnya persoalan Kashmir ini adalah persoalan muslim India secara umum dan kita tidak melihat adanya sindiran-sindiran di forum-forum internasional dari pemimpin-pemimpin umat Islam terhadap diskriminasi dan pelanggaran HAM oleh India,” sesalnya.
Selain itu menurutnya, ini yang akhirnya membuat kondisi menjadi berlarut-larut, bahkan tampak warga muslim tidak merasa memiliki saudara dan merasa berjuang sendiri. Dengan kata lain kaum muslimin sengaja dipecah belah dengan isu ini. Bahkan kebenaran tampak abu-abu.
Tubuh kaum muslimin tidak dalam keadaan baik-baik saja, ada banyak virus yang terus menggerogoti tubuh kaum muslimin hingga melemah sehingga tak dapat bangkit kembali. Salah satunya adalah virus nasionalisme yang menghambat terjadinya persatuan dalam tubuh kaum muslimin.
Baca juga:
Kapitalisme Gagal Melindungi Jiwa, Ganti Sistem Islam
Namun ada fakta yang begitu mengejutkan yang diungkapkan oleh Menteri Pertahanan Pakistan Khawaja Muhammad Asif dalam sebuah wawancara televisi, ia mengakui bahwa Pakistan memiliki sejarah panjang dalam mendukung, melatih, dan mendanai kelompok bersenjata atas nama Amerika Serikat dan Inggris. “Kami melakukan “pekerjaan kotor” ini untuk Amerika Serikat selama hampir tiga dekade dan untuk Barat, termasuk Inggris. Kami tidak menyadari bahwa itu adalah sebuah kesalahan, dan kami menderita karenanya. Jika kami tidak bergabung dalam perang melawan Uni Soviet, dan kemudian perang setelah peristiwa 9/11, catatan Pakistan tidak akan penuh dengan keberhasilan,” urainya.
Berdasarkan pengakuan tersebut dapat kita ketahui bahwa pemimpin di negeri kaum muslimin tidak sepenuhnya berpihak kepada kaum muslimin. sebagaimana yang dijelaskan oleh Juru bicara (jubir) kelompok dakwah ideologis internasional di Pakistan, beliau menegaskan, para penguasa ini bukan milik umat. “Mereka adalah “orang asing” bagi umat. Agen yang dilantik untuk melindungi kepentingan musuh-musuhnya dengan mengorbankan darah putra-putranya,” ucapnye kepada Kantor Berita ideologis internasional (MuslimahNews.id, 18-05-2025).
Baca juga:
Konsep Ekoteologi untuk Masyarakat Seimbang dan Modern
Ketiadaan Kepemimpinan Islam yang menyatukan kaum muslimin adalah dampak yang harus diterima oleh kaum muslimin. Bahkan kita terus menyaksikan betapa kejamnya musuh-musuh Islam dalam membuat skenario memecah belah Umat Islam agar tidak bangkit lagi. Bahkan menggunakan pemimpin negeri kaum muslimin sebagai boneka pelayan kebijakan dan kepentingan mereka.
Maka dari itu sudah seharusnya kaum muslimin menyadari secara penuh bahwa tidak ada yang dapat diharapkan dari dunia saat ini. Selain mengharapkan pertolongan dari Allah Ta’aala akan kemenangan Islam yang akan kembali kepada kaum muslimin. Namun semua itu perlu perjuangan dari para pengemban dakwah ideologis yang memahamkan umat untuk bersatu dalam satu kepemimpinan Islam yaitu Khilafah Islam dengan menerapkan semua aturan Allah secara kafah.
Sebagaimana Sabda Rasulullah saw. riwayat Tirmidzi, “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, hendaklah kalian menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, atau Allah akan segera mengirimkan azab dari-Nya kepada kalian, kemudian kalian berdoa kepada-Nya, tetapi Dia tidak mengabulkan doa kalian.” Wallahu a'lam bishshawwab. [ry].