Konsep Ekoteologi, untuk Masyarakat Seimbang dan Modern

Goresan Pena Dakwah
0



Ilustrasi ekologi hijau (media sosial)

Oleh: Rut Sri Wahyuningsih

Institut Literasi dan Peradaban


Beritakan.my.id, Opini--Menteri Agama Nasaruddin Umar menyatakan komitmen Indonesia dalam menjaga kebebasan beragama dan memperkuat harmoni antarumat beragama di hadapan delegasi United States Commission on International Religious Freedom (USCIRF). “Indonesia sebagai negara dengan populasi melebihi 800 juta jiwa, tampil sebagai contoh keberagaman agama dan kohesi sosial,” ucap Menag Nasaruddin Umar. 


Dikatakan Menag, keberagaman di Indonesia tidak hanya menjadi wacana, tetapi nyata dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. USCIRF adalah lembaga independen bentukan Kongres AS yang bertugas memantau dan melaporkan kondisi kebebasan beragama di dunia serta memberikan rekomendasi kebijakan kepada pemerintah Amerika Serikat.

Baca juga: 

Halal Haram Terdistrak Kapitalisasi


Menag saat itu juga menyampaikan seputar konsep ekoteologi sebagai spirit yang dijalankan dalam berbagai progam di Kementerian Agama. Sebuah pendekatan yang memandang praktik agama sebagai bagian integral dari hubungan dengan alam. 


Tujuan dari konsep ekoteologi, yakni untuk mewujudkan masyarakat yang seimbang dan modern yang menghargai hubungan antara manusia dan lingkungan. Tantangan yang bakal dihadapi adalah beragamnya masyarakat. Namun Menang optimis bahwa Indonesia akan memposisikan diri sebagai pelopor dalam wacana spiritual dan lingkungan global. Serta dapat menjadi inspirasi bagi dunia (kemenag.go.id, 8-5-2025).


Ide Usang Mengaburkan Islam Kafah


Betapa nyata ketakutan Amerika terhadap gerak dakwah Islam di dunia, sehingga serius membentuk lembaga independen guna mengawasi pergerakan dakwah Islam, terutama ide kontranya yaitu kebebasan beragama yang dibenturkan dengan dakwah Islam kafah. Sehingga sangat perlu mengawasi kondisi kebebasan beragama di dunia serta memberikan rekomendasi kebijakan kepada pemerintah Amerika Serikat.


Rekomendasi apa yang dimaksud? Jelas rekomendasi strategis guna menghambat pergerakan dakwah Islam politik jika memang tak bisa menghancurkannya. Sebab sebelumnya Amerika sudah serius memerangi terorisme, mengangkat ide Islam moderat dengan kebebasan beragamanya. Yang hingga hari ini masih dianggap langkah jitu, yang di Indonesia di " gelar" setiap menjelang Natal dan tahun baru. 


Jangan bangga dulu, Indonesia tak akan pernah menjadi pelopor, sebab negara ini dengan penguasanya telah menjelma anjing bagi tuannya, yang setia menanti lemparan bola untuk dikembalikan kepada tuannya. Bahkan salah satu kata Khilafah dalam program Ekoteologi itu bukan Khilafah Syari, hanya sebutan bagi manusia yang diberi amanah menjadi pemimpin bumi. Jika bukan kepemimpinan politik, apalagi yang diharapkan? 

Baca juga: 

Ormas Preman, Cara Baru Berserikat?


Ide kebebasan beragama sendiri masuk dalam kurikulum atau diskusi-diskusi masif di setiap komunitas masyarakat, mulai dari pelajar, ASN, ibu-ibu dan lainnya. Bagaimana hasilnya? Lumayan sukses, karena akhirnya generasi muslim hari ini semakin jauh kepada agamanya sendiri. Semakin liberal bahkan semakin tunduk dengan gaya hidup kafir yang terus menerus di opinikan. 


Dampak negatifnya juga semakin mengerikan, kriminal remaja meningkat, birul walidain menghilang, zina marak, bahkan menganggap belajar Islam sebagai sebuah kejahatan karena dipercaya membentuk seseorang menjadi seseorang yang radikal. Bahkan potensi remaja direduksi untuk hanya menjadi duta lingkungan dari paparan iklim ekstrem. Semua agama dianggap sama, tak boleh ada fanatisme kepada satu agama, jelas sangat menyerang Islam yang memerintahkan pemeluknya untuk taat, tunduk dan patuh hanya kepada syari'at.


Penerapan Islam Kafah Jawaban Persoalan Umat


Penguasa kita semakin hari semakin tak berdaya memerangi kebatilan yang terus dibuat kafir, mengubah paradigma mereka terkait penjagaan akidah rakyat dan fungsi mereka sebagai pemegang kebijakan yang seharusnya mampu menjaga masyarakat dari kerusakan ini. 


Para penguasa mengikuti arahan asing dan percaya negara ini bakal cocok menerapkan setiap arahan itu, padahal negeri ini mayoritas penduduknya beragama Islam yang pastinya tak sekadar memiliki Al-Qur'an tapi meyakininya sebagai pedoman hidup. Sayangnya itu hanya teori, pemikiran Islam ketinggalan zaman sehingga harus dimodernkan semakin merusak pemahaman kaum muslim. 


Hingga muncul ide Ekoteologi, yaitu keseimbangan manusia dengan alam, faktanya, yang menyebabkan kerusakan ekologi adalah sistem kapitalisme itu sendiri. Dengan tamak mengeksploitasi kekayaan negeri ini sejengkal demi sejengkal, tak peduli halal haram karena sejatinya kekayaan alam adalah hal milik seluruh kaum muslim yang negara haram memprivatisasi. Bencana silih berganti, hingga iklim ekstrem melanda dunia, dunia Islam dipaksa ikut memikirkan solusinya, sementara hanya satu jawabannya, tinggalkan sistem bobrok dan kembali kepada Islam. 

Baca juga: 

Relokasi Gaza Hanya Perparah Penjajahan


Kebijakan ini pun sebetulnya tidak sesuai dengan mandat UUD 1945, pasal 33 yang berbunyi, "bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan digunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat." Penguasaan bukan kepemilikan, rakyatlah yang tetap memiliki. Sebagaimana Rasûlullâh Saw. bersabda, "Kaum muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu padang rumput, air, dan api." (HR Abu Dawud dan Ahmad). 


Jangan lagi ajari kaum muslim dengan pemanfaatan sumber daya alam sembari menjaga ekologi. Justru yang harus dienyahkan adalah tindakan para penguasa yang terus menerus memberikan karpet merah kepada para korporasi itu. Apakah benar-benar Amerika peduli dengan keberagaman agama atau kebebasan agama? Sama sekali tidak, sebab itu hanyalah alat untuk menutupi tujuan mereka yang sesungguhnya yaitu hegemoni kekayaan negeri -negeri muslim dan senantiasa bebas menjajah guna mendapatkan kekayaan dari tanah-tanah kaum muslim.


Taktik lama Amerika ini sebetulnya sudah tak bisa disembunyikan lagi, genosida yang AS lancarkan bersama laknatullah Israel di Palestina telah membuka mata dunia, bahkan Amerika tak benar-benar menjaga perdamaian meski ia memegang hak veto di PBB. Jika benar, sudah pasti ia akan berbalik menyerang dan menghabisi Israel. Mudah saja bukan ia menggerakkan tentara PBB untuk itu? 


Namun lagi-lagi, karena tujuan sebenarnya bukan itu, malah benar-benar menjadikan Israel sebagai tameng niat busuknya maka hingga kini, makar itu tak pernah usai. Perlahan tapi pasti rakyat Amerika meneriakkan penolakan atas tindakan pemerintahnya sendiri, gereja menjadi sepi karena Tuhan tak ada lagi, banyak yang melihat "Tuhan " Palestina lebih nyata dan kuat. 


Maka, apapun itu, jika Amerika yang menginisiasi bisa dipastikan, kita sudah kehilangan kedaulatan dan kita dalam pengawasan. Butuh perubahan signifikan yaitu berjuang menerapkan syariat dalam bingkai Khilafah. Sebab, hanya Khilafahlah yang mampu menghabisi kezaliman para penjajah, menciptakan lingkungan kondusif dan adil. Wallahualam bissawab. [ry]. 

Tags

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)