Paradoks Persatuan Umat dalam Ibadah Haji

Goresan Pena Dakwah
0

 


Ilustrasi Baitullah (pinterest)

Oleh: Dewi Putri, S.Pd

Aktivis Dakwah Muslimah


Beritakan.my.id,Opini-- MABIMS (Menteri-Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura) didirikan pada tahun 1988 untuk menyatukan penentuan awal bulan Hijriah, khususnya Idulfitri dan Iduladha, guna memperkuat solidaritas umat Islam di Asia Tenggara. Namun, perbedaan penetapan Idul Adha 1446 H/2025, Indonesia pada 6 Juni dan Malaysia pada 7 Juni mengungkap kelemahan organisasi ini ( suaramuhamadiyah.id). 


Bulan Dzulhijjah identik dengan haji atau iduladha dengan simbol persatuan umat Islam. Jutaan jemaah haji dari berbagai belahan negara di dunia berkumpul di satu titik untuk menjalankan rukun Islam yang ke 5 yakni menunaikan ibadah haji. Bahkan pada puncak haji mereka berada di tempat yang sama yaitu Padang Arafah. 


Meski berbeda negeri, suku, bangsa, ras, bahasa hingga warna kulit dan latar belakang sosial ekonomi, jemaah haji melebur bersatu dalam rangka beribadah kepada Allah ta'ala. Mereka melakukan ibadah yang sama seperti wukuf, melempar jumrah, tawaf dan sa'i. Bersama menengadahkan tangan pada sang Khaliq, mengucapkan kalimat talbiah, berdoa dan memohon ampun kepada Allah. Sungguh persatuan umat Islam begitu tampak dalam rangkaian ibadah haji.

Baca juga: 

Indonesia Darurat Narkoba, Islam Solusi Nyata


Akan tetapi, sangat disayangkan persatuan itu sirna begitu ibadah haji usai dilaksanakan. Berkumpul karena ibadah dan ketika kembali ke negara masing-masing mereka tersekat-sekat negara bangsa (nation state). Kondisi ini terjadi karena adanya paham nasionalisme di tengah-tengah umat.


Nasionalisme adalah paham yang lahir dari sekulerisme. Ide Nasionalisme ini telah meruntuhkan ukhuwah Islamiyyah di tengah umat. Akibat Nasionalisme, umat Islam tidak memiliki ikatan pemersatu. Umat Islam saat ini disibukkan dengan urusanya sendiri dan tidak peduli terhadap urusan umat muslim di belahan negeri lainya, contohnya Palestina. Dunia seakan diam dan tidak perduli terhadap genosida yang dilakukan oleh Israel. 


Ini semua lahir karena penerapan sistem sekulerisme Kapitalisme sehingga mayoritas kaum muslim hidup menderita. Kezaliman terjadi dimana-dimana, kekayaan alam dikuasai oleh penjajah barat, dan kaum muslim menjadi lemah karena hegemoni Barat. Sungguh umat Islam mengalami nestapa akibat terpisah oleh sekat nasionalisme dan akibat diterapkanya sistem kufur yakni sistem Kapitalisme sekular.

Baca juga: 

Job Fair Ricuh, Sarjana Hingga Pasca PHK Bertaruh


Umat Islam di belahan bumi Palestina ingin mendapatkan pembebasan, akan tetapi para penguasa di negeri-negeri Islam tidak mampu mengirim pasukan militer untuk jihad dan membebaskan Palestina Gaza.  Bahkan para penguasa muslim melalukan normalisasi hubungan dengan Zionis Yahudi dan menekan kerja sama dengan Amerika Serikat yang merupakan pelindung Zionis Yahudi. 


Sungguh sangat miris, di tengah kita merayakan Iduladha dengan memakan daging kurban berbeda cerita dengan saudara di Palestina  yang merayakan hari idul adha memakan rumput dan apa pun yang bisa di makan di sela-sela reruntuhan. Bantuan dari kaum muslim maupun dapur umum yang ada di Gaza tidak bisa mereka makan karena dihalangi bahkan dijadikan umpan untuk menghabisi muslim di Gaza.


Kondisi ini lahir karena umat Islam tidak bersatu. Kita lemah meski jumlah kita miliaran jiwa, terpecah dan tidak disatukan oleh akidah. Rasulullah Saw. mengibaratkan umat Islam sebagai satu tubuh yang saling mendukung. Persatuan umat Islam bisa terwujud hanya dengan tegaknya khilafah Islam. Khilafah ialah instutusi pemersatu umat. 


Hanya negara yang berdasarkan akidah Islam yakni Khilafah yang wilayahnya meliputi seluruh negeri muslim yang mampu menyatukan seluruh umat Islam di seluruh dunia. Di dalam khilafah, persaudaraan sesama muslim akan terwujud. Persaudaraan ini akan terwujud di atas akidah Islam dan menembus batas perbedaan yang ada.

Baca juga: 

Pendidikan Kebutuhan Dasar, Tanggung Jawab Negara


Khilafah akan mempersatukan umat Islam seperti satu tubuh yang saling mendukung. Jika salah satu anggota tubuh sakit maka anggota tubuh yang lain akan merasakannya.


Demikian pula, jika ada bagian dari umat Islam yang merasakan sakit, di genosida seperti muslim di Gaza, seluruh umat Islam akan bergerak membebaskannya. Di bawah kepemimpinan Khilafah, dengan kekuatan militer, ekonomi, maupun pun politik. Khalifah akan menyerukan jihad dan mengerahkan militer dari negeri-negeri muslim untuk membebaskan negeri-negeri yang terjajah, seperti Palestina, Rohingya, Uighur dan lain-lain. Sehingga seluruh umat Islam akan hidup sejahtera, aman damai di bawah naungan Khilafah. 


Khilafah akan menerapkan syariat Islam kafah, sehingga persoalan yang menimpa umat Islam, seperti kemiskinan, pergaulan bebas, pengangguran dan lainnya, akan terselesaikan. Penerapan sistem ekonomi Islam akan mewujudkan kesejahteraan yang merata sehingga tidak ada lagi umat Islam yang miskin kelaparan. Maka begitulah hakekat akidah Islam menyatukan umat Islam. Wallahu a'lam. [ry].

Tags

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)