Oleh: Rut Sri Wahyuningsih
Institut Literasi dan Peradaban
Beritakan.my.id, Opini--Gerakan emansipasi perempuan kian gencar, Ketua Umum Federasi Business and Professional Women (BPW) Indonesia, Dr Giwo Rubianto, menyatakan BPW Indonesia dan Kementerian PPPA bersepakat untuk memperkuat kolaborasi dalam agenda strategis, yaitu pemberdayaan perempuan di akar rumput, baik di wilayah rural maupun urban, hingga perempuan dengan kapasitas mendunia, termasuk penyintas kekerasan, kelompok rentan, dan penyandang disabilitas (republika.co.id, 8-9-2025).
Prinsip yang diusunb BPW Indonesia, menurut Gio adalab upaya menjembatani semua elemen perempuan, dari grassroots hingga global, untuk bersatu, berkolaborasi, dan bersama-sama membangun negeri. Kolaborasi ini direncakan akan berlanjut di tingkat dunia melalui forum United Nations Commission on the Status of Women (CSW) ke-70 di Markas Besar PBB, New York, pada Maret 2026 sebagai wadah strategis untuk menyuarakan kepentingan perempuan Indonesia di panggung global.
Gio memaparkan giatnya saat audiensi dengan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Republik Indonesia, Arifatul Chairi Fauzi, di Jakarta, Senin, 8 September 2025. BPW Indonesia resmi dikukuhkan sebagai Federasi Nasional dan sekaligus menerima penghargaan bergengsi “The Most Outstanding Country Award” bersama Selandia Baru dan Taiwan. Pengukuhan itu dilakukan dalam BPW Asia Pacific Regional Conference 2025 di Putrajaya, Malaysia, yang berlangsung pada 24–26 Agustus 2025 lalu.
Sebuah konferensi yang dihadiri delegasi dari 29 negara Asia Pasifik, termasuk perwakilan menteri, menjadi momen bersejarah bagi Indonesia. Gio mengatakan, ini bukti bahwa BPW Indonesia mampu menjembatani pemberdayaan perempuan dari akar rumput hingga global, serta mendorong peningkatan kapasitas perempuan di sektor UMKM, kepemimpinan, dan keterlibatan internasional.
Baca juga:
MBG, Kebijakan Boros Ditengah Efiensi
Menteri PPPA, Arifatul Chairi Fauzi, menyampaikan apresiasi dan selamat atas kiprah BPW Indonesia yang telah diakui baik di tingkat nasional maupun internasional, sekaligus menjadi bukti komitmen nyata BPW Indonesia dalam memberdayakan perempuan.
Pujian Global Jebakan Kian Fatal
Upaya menyamakan derajat perempuan sehingga sejajar dengan pria semakin masif. Melalui berbagai komunitas Dan kegiatan. Intinya mengarah pada satu pendapat bahwa nasib perempuan hingga hari ini belum juga membaik.
Pelemahan peran perempuan seolah tak berdaya guna karena mereka tak bekerja, mengurus rumah tangga bersama suaminya tanpa menghasilkan materi apapun sejatinya adalah hasil pandangan Kapitalisme.
Gerakan feminisme ini begitu sensitif pada pengaturan agama ( Islam) yang dipandang terlalu mengekang dan memastikan potensi perempuan ( menghasilkan materi). Padahal, apa yang mereka gagas dan terus diperjuangkan ujungnya hanyalah menarik perempuan untuk keluar lebih jauh dari ranah domestiknya dan menjadi mesin uang bagi Sistem Kapitalisme itu sendiri.
Artinya, Kapitalisme tak pernah menganggap perempuan manusia, melainkan bagian dari faktor produksi, murah dan mudah diatur. Asal tahu saja, gerakan feminisme ini bermula di Barat, atas ketidakadilan yang diterima perempuan pada masa itu. Ide yang kemudian masuk ke Indonesia diamini oleh Presiden Soekarno yang kemudian muncul Gerwani (Gerakan Wanita Indonesia ).
Namun semua gerakan itu sejatinya hanya berputar di tempat, menuntut sesuatu yang sistem sendiri tak mampu memenuhinya. Kapitalisme akan senantiasa memunculkan ketidakadilan, sebab konsep utamanya adalah mengelola perekonomian berdasarkan modal dan manfaat. Tak akan ada perlindungan untuk perempuan kecuali perempuan itu menjadi salah satu modal produksi guna memperlancar usaha mereka.
Baca juga:
Krisis Figuritas, Jebak Generasi Bermaksiat
Bagaimana eksploitasi tubuh, wajah Dan feminitaa perempuan menjadi komoditas, bahkan jaminan berjalannya roda mesin uang. Ajang miss dan lainnya, yang diklaim menunjukkan nilai perempuan paling sempurna, tak lebih dari bancakan para produsen baju, swim wear, kegiatan sosial, promosi dan kampanye kemanusiaan yang ironi. Sebab, perempuan yang tak cantik tidak akan masuk criteria ajang ini.
Lantas, jembatan apa yang dimaksud sehingga dengan hadirnya komunitas pegiat gender ini mampu memberikan kehidupan yang lebih baik bagi perempuan? Pujian Global sejatinya jebakan, agar perempuan muslim melalaikan misi Ilahi terhadap penciptaannya sebagai perempuan. Dan membebek pada cara pandang barat bahwa perempuan modern adalah mereka yang bebas atas tubuhnya Dan bukan bagian pratriaki.
Islam Muliakan Perempuan
Sejak Islam diturunkan kepada Rasulullah saw untuk disebarluaskan ke seluruh dunia, penjagaannya kepada perempuan sangat luarbiasa. Islam menghapus diskriminasi perempuan dari masyarakat jahiliyah yang menganggap bayi perempuan adalah aib. Sementara anak laki-laki adalah simbol kemuliaan sebuah keluarga.
Islam pula yang memiliki syariat menjaga perempuan dari cara berpakaian, tak wajib bekerja mencari nafkah, bergaul, hingga menempatkannya sebagai ibu pencetak generasi. Misi mulia ini akan diemban secara bersama dengan pria yang menjadi wali atau suaminya.
Baca juga:
Rekening Dormant, Rugikan atau Makin Sengsarakan Rakyat?
Perempuan tak akan mencapai kemuliaan posisinya selama Kapitalisme masih diterapkan. Jika pun wanita sukses, tidak lantas memberikan keberkahan karena bertentangan dengan syariat. Maka, saatnya kembali berjuang di jalan yang benar, yaitu penerapan syariat secara nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Allah swt. berfirman yang artinya, " Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?" (TQS Al-Maidah:50) .Wallahualam bissawab. [ry].